Oleh Lawrence A. Franklin*
Pakistan senantiasa dirundung masalah keamanan internal. Yang paling menonjol rongrongan dari Gerakan Taliban Pakistan. Kelompok itu kini dipimpin oleh sebuah kelompok teroris terganas sekaligus terbesar, Tehrik-e-Taliban Pakistan (TTP). Mereka tengah merevitalisasi strategi untuk meraih otonomi daerah. Atau untuk gulingkan Pemerintah Pakistan. Untuk diganti dengan Emirat Islam Pakistan yang berdasarkan Hukum Shariah. Perjuangan ini semakin kuat menyusul sepupu etnis Pashtun mereka di Afghanistan menang baru-baru ini. Pashtunistan terdiri dari masyarakat Pashtun, sebuah kelompok etnis di Asia Tengah.
Konfrontasi antara keduanya meningkat pesat sejak Taliban Afghanistan menang atas Amerika Serikat Agustus lalu.
TTP, menurut Carnegie Council, "adalah organisasi militan terbesar yang berperang melawan negara di Pakistan. Menurut PBB, TTP punya beberapa ribu pejuang di Afghanistan. Kubu pertahanan mereka ada perbatasan Afghanistan-Pakistan."
Konflik mencapai titik krisis Januari lalu. Kala itu, Jurubicara Taliban Pakistan, Khalid Balti alias Mohammad Khurasani, dibunuh. TTP membalas dengan menyerang Korps Perbatasan Angkatan Darat (AD) Pakistan pada 2 Februari 2022. Lima tentara tewas. Selain itu, serangan itu dilakukan karena gagalnya negosiasi antara Taliban dan Pemerintah Pakistan pimpinan Perdana Menteri Imran Khan.
Baca Juga: Putin “Mulai Gunakan Gas Bumi Untuk Peras Eropa”
PM Pakistan Imran Khan pernah bertemu dengan pejabat TTP beberapa minggu setelah Taliban menang di Afghanistan, Agustus lalu. Tujuannya, untuk menghadang Taliban Pakistan mendorong gerakan nasionalis Pashtun supaya memisahkan diri dari Pakistan atau untuk bergabung dengan Taliban Afghanistan untuk menciptakan Pashtunistan yang merdeka.
Ketika pembicaraan antara Khan dan negosiator Taliban Pakistan terhenti, Inter-Services Intelligence (ISI) Pakistan meminta sekutu mereka di kabinet Afghanistan menjadi mediator antara Pemerintah Pakistan dan TTP.
Pembicaraan membuahkan gencatan senjata selama sebulan. Sejak 9 November hingga 8 Desember 2021. Selama periode ini, Pemerintahan Khan setuju bebaskan tahanan Taliban di Pakistan sebagai imbalan atas janji kelompok teroris untuk tidak menyerang pemerintah. Sekitar 100 tahanan Tehrik-e-Taliban dibebaskan. Namun, setelah gencatan senjata berakhir, pemimpin Taliban Pakistan, Wali Mehsud, menolak memperbaruinya. Islamabad, katanya, terus melakukan tawar-menawar. Penolakan Mehsud mungkin memicu mata-mata ISI untuk membunuh Khurasani, yang dilaporkan sebagai "bos kejahatan" yang brutal.