Oleh Daniel Greenfield *
Pada era 90-an, Rusia menjadi sebuah kekuatan yang berjuang tuntas. Konsensusnya adalah bahwa negara bebas itu telah berhasil mengalahkan Komunisme. Dan berhasil. Namun, Rusia kini tidak berjuang untuk Komunisme, tetapi untuk mendominasi pasar.
Sayangnya, satu generasi kemudian, kita malah menyaksikan Rusia melakukan apa yang mungkin menjadi perang alih daya lain terbesar di abad baru.
Rusia, seperti Cina, kembali membangun ekonominya dengan memanfaatkan keinginan liberalisme barat yang berkembang yang ingin mengakomodasi para pencinta lingkungan dan sosialis dengan melepaskan industri "kotor" mereka.
Amerika juga mengalihdayakan pembuatan barangnya ke Cina. Mempercayakan pembuatan barang apa saja. Mulai dari membuat pernak-pernik toko dolar hingga mendaur ulang botol soda bekas kita sementara para elit kita memusatkan perhatian pada mempersiapkan penduduk untuk "pekerjaan masa depan" yang sepenuhnya melibatkan penggunaan komputer. Sekarang ini, kelas menengah Cina meningkat sementara kelas menengah Amerika menurun. Cina lantas membangun seluruh kota baru bagi kaum kelas menengahnya sementara kelas menengah Amerika tidak mampu lagi membeli rumah atau mobil.
Baca Juga: Rusia dan Iran: Poros Kejahatan Baru
Bangsa Eropa mengalihkan tanggung jawab untuk memberdayakan sekaligus menghanyatkan rumah mereka kepada Rusia. Sementara mereka mengotak-atik kincir angin dan panel surya, Rusia membangun monopoli energi. Sekarang ia memperluas kendali monopolistiknya seperti banyak negara kuat dan kerajaan lakukan.
Rusia mungkin inginkan semua atau sebagian Ukraina karena alasan nasionalistik. Tetapi, yang lebih penting, karena jalur pipa dan cadangan energinya. Motif perang ini adalah gas sementara negara-negara Eropa yang mengutuk invasi adalah orang-orang yang memberikan motif perang.
Partai Komunitas Cina (PKC) mungkin juga terobsesi untuk mengklaim Taiwan karena program nasionalisnya "Satu Cina", tetapi pulau perlindungan itu juga punya Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. (TSMC), pabrik pembuatan semikonduktor terbesar dunia yang mendominasi manufaktur chip. Jika Cina ingin mengambil Taiwan kemudian membantu Korea Utara menelan Korea Selatan, maka dia dan sekutunya akan mengendalikan lebih dari 80% pabrik pembuatan kontrak semikonduktor global. Dan itu memberi Cina monopoli virtual masa depan.