Oleh Daniel Greenfield*
Tahun lalu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengklaim bahwa AS menjalankan strategi baru. Namanya strategi “Pencegahan Terpadu” (Integrated Deterrence--ID). Ia jadi inti strategi baru AS. Bulan lalu, dia bicarakan lagi Strategi Pertahanan Nasional baru. Katanya lahir dari strategi pencegahan terpadu. Dia juga mengklaim bahwa strategi itu efektif melawan Rusia dalam perang di Ukraina. Tetapi ternyata beda. Perang itu menunjukkan bahwa "ID" tidak berfungsi.
Apa itu "Pencegahan Terpadu"? Kedengarannya lebih baik daripada strategi Obama, yaitu memimpin dari belakang. Tetapi nyaris sama-sama gagal.
Seperti banyak jargon, "ID " itu omong kosong. Ia bisa saja segala-galanya, karena tidak ada apa-apanya. Soalnya, ia mengintegrasikan semua kemampuan militer tanpa mempedulikan persaingan. Setelah dipadukan dengan semua elemen internal, ID siap dijalankan di mana saja tanpa gesekan atau batasan. Sementara itu, ia juga berintegrasi mulus dengan sekutu kita.
Atau, seperti dikatakan Austin selama kunjungannya ke Polandia, ID menggunakan "kemampuan dan kapasitas mitra dan sekutu kita." Atau, tahukan, memimpin dari belakang.
Baca Juga: Hampir 10 Tahun Masih di Awang-awang, Realisasi Dunia Fantasi di Bekas Area Pabrik Soda Waru
ID berarti "terintegrasi di seluruh negara sekutu dan mitra kita dan menjadi keunggulan asimetris nyata AS atas pesaing atau musuh potensial lainnya," klaim Colin Kahl, Wakil Menteri Pertahanan untuk Kebijakan Biden.
"Musuh kita tahu bahwa mereka tidak hanya menghadapi Amerika Serikat. Mereka juga menghadapi koalisi negara-negara yang berkomitmen menegakkan tatanan internasional berbasis aturan." sambungnya lagi.
Amerika memang punya banyak keunggulan asimetris. Terikat dengan Jerman dan Prancis. Belum lagi ada tambahan kekuatan militer berbagai negara kecil yang tidak bisa berperang melawan Cina, Rusia, atau negara manapun.
Baca Juga: Arman Arifin Warga Surabaya Hilang di Pantai Watu Bolong Bali, Empat Hari Belum Ditemukan